Olehkarena itu, proses reviu menjadi krusial untuk dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka melaksanakan amanah peraturan perundangan dan dalam rangka mewujudkan tata kelola yang lebih baik. Pengertian Reviu. Kegiatan reviu yang dilakukan oleh APIP pada Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota memiliki beberapa pengertian, seperti dibawah ini :
Webster dalam Wahab, 2005:64).Jadi sesuatu yang dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang- undang, peraturan pemerintah pengganti undang - undang , keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.Solichin Abdul Wahab mendefinisikan implementasi kebijakan
Pengamat Usulan Calon Penjabat Gubernur Ditolak, DPR Aceh Bisa Ilfil. KATA determinisi sengaja digunakan untuk mengambarkan situasi dan arah otonomi daerah bila dipegang oleh Penjabat Kepala Daerah. Penjabat diistilahkan oleh orang yang melaksanakan jabatan sementara waktu. Sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang penganut paham
cash. BerandaKlinikKenegaraanKewenangan Atribusi ...KenegaraanKewenangan Atribusi ...KenegaraanJumat, 11 Februari 2022Jumat, 11 Februari 2022Bacaan 5 MenitApakah setiap Raperda harus didasarkan pada adanya UU yang menjadi payung hukumnya atau bisa diatur sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing?Peraturan daerah adalah peraturan yang dibuat atas dasar kewenangan atribusi dan delegasi, artinya perda dapat dibentuk sewaktu-waktu, tanpa adanya perintah dari peraturan perundang-undangan di atasnya, untuk memenuhi kebutuhan daerah masing-masing, atas dasar kewenangan yang telah diberikan UU 23/2014. Selain itu, peraturan daerah juga dapat dibentuk untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Penjelasan lebih lanjut dapat Anda baca ulasan di bawah ini. Sebelumnya perlu Anda pahami, peraturan daerah adalah yang selanjutnya disebut perda atau yang disebut dengan nama lain adalah perda provinsi dan perda kabupaten/kota.[1]Pembentukan peraturan perundang-undangan lahir dari kewenangan atribusi dan delegasi, termasuk kewenangan pembentukan perda. Atribusi kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan adalah pemberian kewenangan oleh Undang-Undang Dasar grondwet atau Undang-Undang wet kepada lembaga negara/pemerintahan untuk membentuk peraturan perundang-undangan.[2]Atribusi tersebut bersifat terus-menerus dan dapat dilaksanakan kapan saja atas prakarsa sendiri saat diperlukan. Atribusi kewenangan pembentukan perda dapat dilihat dari rumusan Pasal 236 UU 23/2014 sebagai berikutUntuk menyelenggarakan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan, Daerah membentuk Perda. Perda sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama kepala Daerah. Perda sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memuat materi muatanpenyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan; dan penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Selain materi muatan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 Perda dapat memuat materi muatan lokal sesuai dengan ketentuan peraturan yang dimaksud otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.[3]Sedangkan tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat atau dari pemerintah daerah provinsi kepada daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah provinsi.[4]Selain itu, kami mengutip juga bunyi Pasal 14 UU 12/2011 sebagai berikutMateri muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Dari rumusan kedua pasal di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut terkait pembentukan peraturan daerah adalahterdapat atribusi kewenangan pembentukan perda;atribusinya berasal dari UU;kewenangan tersebut bersifat terus-menerus atau tidak dibatasi waktu;perda dapat dibentuk kapan saja sesuai kebutuhan; danbatas materi muatan demikian, peraturan daerah dibuat oleh DPRD dengan persetujuan bersama kepala daerah, dapat dibentuk dengan cukup mendasarkan pada UU 23/2014 sebagai UU yang memberikan atribusi kewenangan pembentukan peraturan daerah. Selain itu, perda juga dapat mengatur materi-materi yang menampung kondisi khusus provinsi dan kabupaten/kota juga dibentuk atas dasar delegasi kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut sesuai dengan cakupan materi muatan perda pada Pasal 236 ayat 3 huruf b UU 23/2014 sebagaimana disebutkan sebelumnya, yang dapat mengatur ketentuan lebih lanjut dari peraturan perundang-undang yang lebih tinggi, termasuk UU, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan juga Hierarki Peraturan Perundang-undangan di IndonesiaKewenangan delegasi pembentukan peraturan perundang-undangan adalah pelimpahan kewenangan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi kepada peraturan perundang-undangan yang lebih rendah baik secara tegas atau pun tidak.[5]Contoh pemberian kewenangan delegasi pembentukan perda adalah misalnya pada Pasal 12 UU 18/2008 yang menyatakan bahwaSetiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan kewajiban pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan peraturan Pasal 12 ayat 2 UU 18/2008 memberi delegasi kepada pemerintahan daerah untuk menyusun perda tentang tata cara pelaksanaan kewajiban pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga di daerah kesimpulannya, peraturan daerah dibuat oleh DPRD dengan persetujuan bersama kepala daerah, atas dasar atribusi dan delegasi, artinya perda dapat dibentuk sewaktu-waktu, tanpa adanya perintah dari peraturan perundang-undangan di atasnya, untuk memenuhi kebutuhan daerah masing-masing berdasarkan kewenangan dalam UU 23/2014 dan perda juga dapat dibentuk untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Demikian jawaban dari kami, semoga HukumUndang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Farida Indrati. Ilmu Perundang-Undangan I Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, Ed. Revisi. Yogyakarta PT Kanisius, 2020.[2] Maria Farida Indrati. Ilmu Perundang-Undangan I Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, Ed. Revisi. Yogyakarta PT Kanisius, 2020, hal. 57[3] Pasal 1 angka 6 UU 23/2014[4] Pasal 1 angka 11 UU 23/2014[5] Maria Farida Indrati. Ilmu Perundang-Undangan I Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, Ed. Revisi. Yogyakarta PT Kanisius, 2020, hal. 58Tags
Peraturan Daerah Yang Dibuat Oleh Kepala Daerah Kabupaten Biasanya Berupa ā Pasal 7 ayat 1 UU No. 12 Tahun 2011 memasukkan peraturan daerah ke dalam kategori anggaran dasar. Peraturan Daerah datang terakhir sejalan dengan UUD 1945, UU MPR, Anggaran Dasar/Tujuan, Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden. Menurut buku āIlmu Perundang-undanganā karya Maria Farida Indrati, anggaran dasar daerah adalah anggaran dasar yang dibuat oleh Kepala Daerah Propinsi dan Bupati/Perkotaan serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Propinsi dan Bupati/Perkotaan dalam melaksanakan otonomi daerah. Legitimasi inspeksi pemerintah daerah. Sedangkan menurut Gimli Ashsiddiqi, peraturan daerah perda merupakan bentuk pelaksanaan undang-undang sebagai ketentuan yang lebih bersifat undang-undang. Kewenangan pengaturan wilayah berasal dari kewenangan yang ditentukan oleh undang-undang. Penguasa yang mengatur hal tersebut dapat juga membuat peraturan daerah untuk mengatur hal-hal yang tidak diatur secara tegas dengan undang-undang. Pembinaan wilayah dapat dilakukan berdasarkan Pasal 183 dan 4 UUD 1945. Bagian Hukum Kabupaten Bojonegoro Peraturan Daerah PERDA disusun oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD setelah mendapat persetujuan dari Gubernur Daerah. Perumusan aturan teritorial memiliki prinsip dasar, yaitu Dalam buku Rojali Abdullah āMelaksanakan Otonomi Yang Lebih Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsungā, tujuan utama peraturan daerah adalah untuk memberdayakan masyarakat dan mewujudkan kemandirian daerah. Statuta teritorial biasanya dirumuskan menurut asas-asas pembuatan undang-undang, yaitu Sekarang semua tentang Peraturan Daerah Perda sudah dijelaskan. Selain Perda, disebut juga istilah Peraturan Pemerintah PP. Lihat Penjelasan di halaman berikutnya 2 Landasan Legislatif 18 Ayat 6 UUD 1945, āPemerintah Daerah berwenang membuat peraturan daerah dan peraturan lainnya untuk pelaksanaan fungsi pemerintahan sendiri dan pembantuan.ā Pemerintahan Daerah = Dibuat Peraturan Daerah oleh Kepala Daerah dan DPRD. Perda dan peraturan lainnya menjadi landasan bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan pemerintahan sendiri sesuai dengan asas hukum. Pengawasan daerah dilakukan oleh kepala daerah dan DPRD menurut prinsip demokrasi. Aturan Lain ļ Aturan Pemimpin Wilayah. UU No. 12 Tahun 2011 tentang Penyusunan Peraturan Perundang-undangan No. 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Permendagri No. 53 Tahun 2007 tentang Peraturan Daerah dan Kewenangan Peninjauan Kembali. Penyusunan Rancangan Perda Provinsi/kota/kabupaten Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; keputusan MPR; undang-undang/peraturan pemerintah bukan undang-undang; peraturan pemerintah; keputusan presiden; peraturan daerah provinsi; dan peraturan daerah kabupaten/kota. Ket Perda Kabupaten/Kota di bawah Perda Provinsi tidak sejalan dengan proses positioning dan desentralisasi daerah. 6 Rancangan instansi dapat berasal dari DPRD, Gubernur, atau Bupati/Walikota. Jika raparda yang sama disampaikan oleh DPRD dan kepala daerah, maka raparda DPRD yang dimaksud adalah bahan perbandingan raparda kepala daerah. Disampaikan oleh anggota Raparda DPRD, panitia, panitia bersama atau perangkat DPRD yang khusus menangani bidang legislasi. Raperda yang disetujui bersama oleh DPRD dan Kepala Daerah disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada Kepala Daerah dalam waktu 3 hari setelah disetujui untuk dilaksanakan sebagai peraturan daerah dalam waktu 30 hari setelah disetujui bersama. Apabila rancangan kode daerah tidak disetujui oleh kepala daerah dalam waktu 30 hari, maka kode daerah tersebut efektif menjadi kode daerah dan wajib diumumkan dengan cara dicantumkan dalam lembaran daerah. Kejelasan tujuan; pembentukan badan atau organisasi yang sesuai; konsistensi antara jenis barang dan bahan; keberlakuan; kegunaan dan keefektifan; kejelasan penyajian; dan keterbukaan. 8 Penguasaan wilayah yang diawasi harus diserahkan kepada pemerintah 7 hari setelah pembagian. Perda yang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dapat dicabut oleh pemerintah. Dalam hal Pemerintah tidak mengeluarkan Peraturan Presiden untuk membatalkan Perda, Perda dinyatakan berlaku. Keputusan untuk mencabut kontrol zona diambil berdasarkan peraturan presiden 60 hari setelah pemerintah menerima kontrol zona. Dalam waktu selambat-lambatnya 7 hari sejak keputusan pencabutan, Kepala Daerah harus menghentikan pelaksanaan Perda tersebut dan kemudian mencabut Perda tersebut bersama-sama dengan Kepala Daerah DPRD. Dalam hal provinsi/kabupaten/kota tidak dapat menerima keputusan pembatalan peraturan daerah, kepala daerah dapat mengajukan keberatan kepada Presiden. Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 798/sk/hm/bpn/1991 Tanggal 9 November 1991 Tentang Hak Milik Saudara Dibyo Pranoto Alias Suhari Atas Tanah Seluas 541 M² Di Desa Bangunharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Perpanjangan atau otorisasi undang-undang dan peraturan tingkat yang lebih tinggi. kebutuhan daerah. Jangan melanggar kepentingan umum atau hukum dan peraturan yang lebih tinggi. Undang-undang teritorial dapat mencakup ketentuan untuk membebankan semua atau sebagian dari biaya penegakan hukum pada pelanggar sebagaimana diwajibkan oleh hukum. Peraturan daerah dapat mencakup hukuman penjara hingga 6 bulan atau denda hingga Rs 5 crore atau ancaman atau denda pidana lainnya, sebagaimana ditentukan oleh undang-undang dan peraturan. Perlindungan; kemanusiaan; kebangsaan; pulau kekerabatan; keragaman dalam keragaman; keadilan; persamaan hukum dan pemerintahan; hukum, ketertiban, dan kepastian; dan/atau keseimbangan, keserasian, dan keselarasan. Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis selama penyusunan atau pembahasan rancangan peraturan daerah. Sekretariat DPRD mengelola sosialisasi rancangan peraturan daerah yang bersumber dari DPRD. Pengedaran rancangan Perda yang diprakarsai oleh Gubernur atau Bupati/Walikota dilakukan oleh Kementerian Daerah. Untuk menegakkan kewenangan peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan, direktur daerah menerbitkan peraturan direktur daerah dan/atau keputusan direktur daerah. Untuk menegakkan peraturan daerah dan membantu kepala daerah dalam memelihara ketertiban umum dan ketertiban umum, telah dibentuk satuan polisi pamong praja. Anggota Polisi Pamong Praja dapat diangkat sebagai Pengawas Pamong Praja berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyidik āādan Penuntut Umum melakukan penyidikan dan penuntutan terhadap pelanggaran peraturan daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Selain peraturan daerah, departemen lain dapat ditunjuk untuk menyelidiki pelanggaran peraturan daerah. Keputusan Kepala Daerah Agar situs web ini berfungsi dengan baik, kami merekam data pengguna dan membaginya dengan pemroses. Untuk menggunakan situs ini, Anda harus menerima Kebijakan Privasi kami, termasuk kebijakan cookie. Jenis excavator unit yang terbesar yang dibuat oleh komatsu adalah, barang bekas berikut yang dapat dibuat untuk kerajinan tangan berupa tas adalah, software untuk browsing internet yang dibuat oleh microsoft corporation adalah, wadah makanan yang dipakai untuk makanan yang dibawa pulang oleh pembeli biasanya berbahan, magnet yang kuat biasanya dibuat dari bahan, contoh peraturan daerah kabupaten, aplikasi tool prototyping berikut yang dibuat oleh perusahaan adobe adalah, magnet tersusun oleh magnet magnet kecil yang biasanya disebut, peraturan daerah dibuat oleh, infeksi kulit berupa bercak merah yang disebabkan oleh jamur adalah, uang yang bernilai penuh biasanya berupa, peraturan daerah provinsi dibuat oleh
Peraturan Daerah Perda adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Perda dalam implementasinya merupakan peraturan perundang-undangan dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-perundang-undangan yang lebih tinggi dan menampung kondisi khusus dari daerah yang Selain itu, Perda juga dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah provinsi/kabupaten/kota dan tugas Namun demikian, catatan penting untuk Perda adalah tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih Institusi yang berwenang membentuk Perda adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD dan Kepala Daerah. Perda dibedakan antara Perda Provinsi, yang dibuat dan disahkan bersama-sama oleh DPRD Provinsi dan Gubernur serta Perda Kabupaten/Kota, yang mana dibuat dan sisahkan secara bersama-sama oleh DPRD Kabupaten/Kota dan Bupati/Walikota. Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa Perda dapat merupakan pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam rangka 110 Pasal 1 Angka 7 dan 8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. Lihat juga pada Pasal 136 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. 111 Pasal 136 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. 112 Pasal 136 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. 113 Pasal 136 Ayat 4 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. 58 pelaksanaan otonomi daerah. Oleh karena sebagai pelaksanaan dari peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi, maka materi substansi Perda tidak boleh bertentangan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkat pusat. Sedangkan untuk Perda dalam rangka pelaksanaan otonomi, maka substansi Perda tersebut tidak harus berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkat pusat, tetapi harus menyesuaikan pada kondisi otonomi kemampuan daerah masing-masing namun tetap tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi dalam hierarki peraturan perundang-undangan. Perda dalam posisi secara politis sebangun dengan Undang-Undang, karena itu tata cara pembentukannya pun identik seperti tata cara pembentukan Undang-Undang dengan penyesuaian-penyesuaian. Salah satu perbedaan yang terdapat dalam Perda adalah adanya prosedur atau mekanisme pengesahan dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang lebih tinggi untuk materi substansi Perda tertentu, misalnya materi mengenai retribusi. Perda merupakan produk hukum daerah yang dibuat oleh DPRD Provinsi/Kabupate/Kota dan Kepala Daerah tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota. Pemerintahan daerah adalah institusi yang merepresentasikan daerah otonom, yang memiliki hak untuk membentuk Perda dalam kerangka pelaksanaan otonomi daerah. Hak ini didasarkan pada Pasal 18 ayat 6 Undang-Undang Dasar RI 1945 yang menjelaskan bahwa Pemerintahan Daerah berhak menetapkan peraturan 59 daerah dan peraturan lain untuk melaksanaan otonomi daerah dan tugas pembantuan. Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, menjelaskan bahwa Perda adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. Secara eksplisit Pasal 1 ayat 7 ini menegaskan bahwa DPRD adalah lembaga yang memiliki kekuasaan untuk membentuk Perda. Sebagai perbandingan, definisi Perda Kabupaten/Kota dalam UU Nomor 12 Tahun 2011 diatur pada Pasal 1 angka 8 dengan definisi sama yaitu Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota. Menelaah Perda tidak dapat dilepaskan dari pembahasan peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan dalam konteks ini didefinisikan sesuai dengan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 sebagai peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara Istilah peraturan perundang-undangan berasal dari kata undang-undang yang merujuk pada jenis atau bentuk peraturan yang dibuat oleh negara. Istilah āperaturan perundang-undanganā digunakan oleh A Hamid S Attamimi, Sri 114 Terkait dengan definisi peraturan perundang-undangan dalam UU Nomor 12 Tahun 2011 sebagai revisi dari UU Nomor 10 Tahun 2004 pada posisi yang sama yaitu pada Pasal 1 angka 2. 60 Soemantri, dan Bagir Menurut A Hamid S Attamimi, istilah tersebut berasal dari istilah āwettelijke regelsā atau āwettelijke regelingā. Attamimi memberikan batasan peraturan perundang-undangan adalah peraturan negara, di tingkat pusat dan di tingkat daerah, yang dibentuk berdasarkan kewenangan perundang-undangan, baik bersifat atribusi maupun bersifat delegasi. Dalam kesempatan lainnya, Attamimi membatasinya dengan semua aturan hukum yang dibentuk oleh semua tingkat lembaga negara dalam bentuk tertentu, dengan prosedur tertentu, yang biasanya disertai dengan sanksi dan berlaku umum serta mengikta Sementara Bagir Manan mendefinisikan peraturan perundang-undangan dengan setiap putusan tertulis yang dibuat, ditetapkan dan dikeluarkan oleh lembaga dan atau pejabat negara yang mempunyai menjalankan fungsi legislatif sesuai dengan tatacara yang Istilah peraturan perundang-undangan berasal dari kata undang-undang yang merujuk pada jenis atau bentuk peraturan yang dibuat oleh negara. Menutur ilmu pengetahuan hukum, setidaknya terdapat 3 tiga landasan undangan yang harus dipenuhi dalam menyusun peraturan perundang-undangan yakni filosofis, sosiologis dan 1. Landasan Filosofis 115 Rosjidi Ranggawidjaja, Pengantar Ilmu Perundang-Undangan Indonesia, Bandung Mondar Maju, 1998, hal. 18. 116 Ibid. 117 Rosjidi Ranggawidjaja, Pengantar Ilmu Perundang..., hal. 18-19. Lihat juga pada Bagir Manan dan Kuntana Magnar, Peranan Peraturan Perundang-Undangan dalam Pembinaan Hukum Nasional, Bandung Penerbit Armico, 1987, hal. 13. 118 Dahlan Thaib, Ketatanegaraan Indonesia Prerspektif Konstitusional, Jogjakarta Total Media, 2009, hal. 229-230 61 Landasan filosofis peraturan perundang-undangan adalah dasar yang berkaitan dengan dasar filosofis/ideologi negara, dalam arti bahwa peraturan perundang-undangan harus memperhatikan secara sungguh-sungguh nilai-nilai cita hukum yang terkandung dalam Pancasila. Setiap masyarakat mengharapkan agar hukum itu dapat menciptakan keadilan, ketertiban, dan kesejahteraan. 2. Landasan Sosiologis Landasan sosiologis peraturan perundang-undangan adalah dasar yang berkaitan dengan kondisi/kenyataan yang hidup dalam masyarakat berupa kebutuhan atau tuntutan yang dihadapi oleh masyarakat, kecenderungan dan harapan masyarakat. Oleh karena itu peraturan perundang-undangan yang telah dibuat diharapkan dapat diterima oleh masyarakat dan mempunyai daya laku secara efektif. Peraturan perundang-undangan yang diterima oleh masyarakat secara wajar akan mempunyai daya laku yang efektif dan tidak begitu banyak memerlukan pengarahan institusional untuk melaksanakannya. Soerjono Soekanto-Purnadi Purbacaraka mencatat dua landasan teoritis sebagai dasar sosiologis berlakunya suatu kaidah hukum, yaitu a. Teori kekuasaan Machttheorie secara sosiologis kaidah hukum berlaku karena paksaan penguasa, terlepas diterima atau tidak diterima oleh masyarakat; b. Teori pengakuan, Annerkenungstheorie. Kaidah hukum berlaku berdasarkan penerimaan dari masyarakat tempat hukum itu berlaku 3. Landasan Yuridis 62 Landasan yuridis tersebut sangat penting artinya dalam penyusunan peraturan perundang-undangan, yaitu yang berkaitan dengan a. Keharusan adanya kewenangan dari pembuat peraturan perundang-undangan, yang berarti bahwa setiap peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh badan atau pejabat yang berwenang. b. Keharusan adanya kesesuaian antara jenis dan materi muatan peraturan perundang-undangan. Ketidaksesuaian jenis tersebut dapat menjadi alasan untuk membatalkan peraturan perundang-undangan yang dibuat. c. Keharusan mengikuti tata cara atau prosedur tertentu. Apabila prosedur/ tata cara tersebut tidak ditaati, maka peraturan perundang-undangan tersebut batal demi hukum atau tidak/belum mempunyai kekuatan mengikat. d. Keharusan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya.
peraturan daerah yang dibuat oleh kepala daerah kabupaten biasanya berupa